Pontianak, adalah kota dimana saya lahir dan tumbuh hingga usia remaja, sebelum akhirnya hijrah ke pulau Jawa untuk penghidupan yang lebih baik. meskipun jarang berkunjung ke kota tersebut, Pontianak masih memberikan kesan mendalam bagi saya pribadi melalui keindahan, kesederhanaan dan bersahajanya kota tersebut, berikut rekaman perjalanan saya menyusuri kota tersebut pada tahun 2012 yang lalu...
Pontianak, is the city where i was born and grew till teenage, that was before i moved to Java for a better living. although it is seldom for me to go back and visit the city, Pontianak stille gives off deep impression to me through it's beauty and humbleness, here's what i got while visiting the city at the past 2012...
Sungai Kakap, meskipun tua, dermaga kayu ini tetap kokoh di cuaca apapun, mewadahi berbagai kegiatan disekitar kapal kapal yang berlabuh serta orang orang disekitarnya... sederhana memang, tapi dermaga ini terbukti sebagai urat nadi dari desa yang sederhana ini... tanpanya, kegiatan seluruh desa ini akan terhenti
Sungai Kakap, though old, this wooden dock remains solid at any weather, sustaining activities over the docking boats and people around it... simple it is, but this docks proven to be the veins of this simple village... without it, the whole village is crippled from all it's activity
sungai kakap adalah salah satu kabupaten di pontianak, kalimantan barat yang tampil sebagai sebuah desa nelayan yang memasok kebutuhan ikan sebagian besar untuk pasar di pontianak, meskipun globalisasi menggerus Indonesia, desa nelayan ini tetap bersahaja dan tidak berubah banyak dari tahun ke tahun....
sungai kakap, or kakap river, is a district in pontianak, west borneo that appeals to be a fishermen's village that supplies fishes and seafoods to most of pontianak's market, even though globalization strikes hard, this simple fishermen village remains humble and doesn't change much from time to time...
inilah dia, kehidupan di pinggir sungai, tanpa disadari bahwa beberapa nelayan memanfaatkan kapal mereka sebagai rumah yang layak ditinggali, merapat untuk memasukkan kebutuhan pokok seperti makanan dan barang barang lain untuk menunjang kehidupan mereka...
this is it, life beside the river, apparently some fishermen, employing their boats as a habitable home, docks around to load in some supplies like food and other things to sustain their lives...
dari ikan yang biasa hingga ikan ikan yang aneh, dari yang pendek hingga yang panjang, para nelayan lokal menyediakannya, segar dari lautan, tanpa pengawet yang berbahaya ataupun bahan kimia tambahan... dan juga dengan kesegaran yang sempurna, yang baik untuk kesehatan dan juga kehidupan
from the normal fishes to the bizzare ones, from the short ones to the long ones, the local fishermen provides em all, fresh from the sea, without any dangerous preservatives or added chemicals... and also, with ultimate freshness, good for health, good for life!!
es sangatlah penting untuk mengawetkan ikan ikan yang ditangkap selama memancing, tapi di desa sederhana ini, terdapat sebuah dermaga khusus untuk mengisi kebutuhan es untuk kapal, lengkap dengan alat penghancur es untuk kemudahan penyimpanan dalam kapal...
ice is definitely essential for preserving fishes caught when fishing, well in this simple village there is this loading dock especially for loading ice into the boat, complete with the ice shredder for convenient storage inside the boat...
ini adalah bagian belakang dari kuil konghucu, sejauh yang saya ingat, kuil ini telah berdiri sangat lama sekali. uniknya bagian belakang kuil ini tampak ditelantarkan begitu saja. dan bagaimana kuil tersebut ditelantarkan tampak memperindah tampak dari belakang kuil tersebut... terlihat cukup baik!!
this is the back of the confucian temple, for all i know this temple has existed in this place as long as i can remember. uniquely the backside of the temple is kinda let to be as it is. and how it was let te be like that, enhances the view from the back... just looks nice!!
jalan sungai ini mengarah menuju bagian sungai yang lebih besar dimana berakhir pada lautan lepas, dan alasan mengapa air di sini tampak kecoklatan, bukan jernih ataupun biru? ya apa yang anda harapkan? ini adalah sungai tropis, dan sungai tropis selalu memiliki tanah berlumpur yang larut sangat baik kedalam air, bahkan air yang disediakan oleh perusahaan air setempat (PAM) pun tidak pernah memiliki warna yang jauh dari warna tersebut, hanya saja lebih bersih...
the riverway leads to the bigger parts of the river that leads boats to the open sea, and the reason why the waters are brown, not clear or even blue? well whaddaya expect? it's tropical river, and tropical rivers bound to have muddy soil that dissolves so very well into the waters, even the waters provided from local water company has never been far from the brown colors, only cleaner...
gerbang sederhana ini merupakan gerbang dari dermaga bongkar muat khusus untuk kapal dengan muatan produk produk lautan yang segar, dibangun dengan kayu kayu yang sederhana melalui sistem truss, hadirlah landmark yang biasa saja meskipun untuk saya pribadi gerbang ini tampak dramatis, ya gerbang ini menambahkan sedikit efek dramatis pada ujung dermaga ini...
this is a simple gateway of loading dock for the fishermen who comes with a load of fresh off-the-sea products, constructed out of woods, with trussed system, comes this not so great landmark but to me it still is dramatic, yes it adds a little dramatic feeling on the dock...
ini adalah masjid Sultan Abdurrahman Alkadrie, masjid pertama yang pernah dibangun di pontianak, dibangun kurang lebih 240 tahun yang lalu, pada masa itu, bangunan ini tidaklah seperti saat ini, namun langgam arsitektur tetap sama, nilai nilai dan pola tidak ditinggalkan begitu saja oleh masjid tersebut, meskipun waktu dengan buasnya menelan setiap kultur yang pernah melekat padanya...
this is Sultan Abdurrahman Alkadrie mosque, the FIRST mosque ever built in pontianak, it was built over 240 years ago, at that time it have not yet in a form of the current state, but the architectural style remained the same, values and patterns has not been left out by the mosque even though time wildly swallows every culture it has to offer...
di depan masjid Sultan Abdurrahman Alkadrie terdapat ruang publik berikut yang biasa digunakan oleh masyarakat yang tinggal disekitar masjid sebagai tempat berkumpul masyarakat, dan acara acara kemasyarakatan seperti Idul Adha dimana orang orang kaya menyembelih dan berkurban kambing dan sapi untuk dipersembahkan kepada orang orang miskin, ataupun kegiatan lainnya. tetapi pada hari biasa anak anak bermain dengan normal di tempat ini...
there is this public space in front of Sultan Abdurrahman Alkadrie mosque that the people living near the complex used as a local square, a place where community gathering takes place, such as the Idul Adha when the rich people get to slay goats and cows to share with the poor people, or other social activities. as for regular days kids playing over there normally...
berikut adalah pintu pintu yang memiliki karakteristik dan pola yang sama pada sisi sisi fasad/muka bangunan masjid Sultan Abdurrahman Alkadrie, dengan karakteristik sederhana pada repetisi/pengulangan pola kotak kotak, tidak seperti pintu pintu tradisional lainnya, ada sedikit adaptasi gaya eropa melalui penggunaan kaca yang tidak lazim ditemui pada pola pola arsitektur tradisional Indonesia pada umumnya. maka saya dapat berasumsi bahwa sedikit kultur eropa, terutama belanda memberikan sedikit pengaruh pada arsitektur lokal, yang membuatnya lebih sedikit menjadi ekletik tetapi tetap memiliki fokus utama sebagai arsitektur melayu...
these are the doors of Sultan Abdurrahman Alkadrie mosque, they shared the same pattern all over the building facades, with simple characteristics on the repetition of the square patterns, unlike traditional doors, it employs a little european style on the glass, since the usage of glass are rarely seen on many of Indonesian traditional architectural style, i can assume some of european culture, especially dutch being adapted by local architecture style, it become something more of eclectic but still focuses on traditional malay architecture...
atap berikut yang dijumpai pada masjid Sultan Abdurrahman Alkadrie merefleksikan bagaimana manusia berkembang untuk beradaptasi dengan lingkungannya, dalam kasus ini, cuaca. Indonesia dikenal dengan iklim tropisnya, dan dengan panasnya, membuat orang orangnya terbiasa dengan bangunan yang memiliki langit langit yang tinggi, yang menghindarkan panas berlebih untuk masuk ke ruang dalam, agar orang orang di dalamnya dapat merasa nyaman. sejauh bangunan ini berfungsi sebagai bangunan publik yang menampung banyak orang dan kegiatan didalamnya, harus memiliki langit langit yang tinggi agar sistem penghawaannya berjalan dengan sebaik mungkin. para ahli bangunan melihat hal ini untuk diaplikasikan pada bangunan. akhirnya, mereka membuat bangunan setinggi rumah 3 lantai. kearifan lokal diaplikasikan dengan cara yang sangat masuk akal!!
these roof found in Sultan Abdurrahman Alkadrie mosque, reflects just how human grow to adapt to the surrounding environment, in this case the weather. Indonesia, known for it's tropical climate, with the tropical heat, the people grow accustomed to buildings with high ceilings, that is to prevent heat from entering the interior so that people staying inside would feel comfortable. so as for public buildings like this, sustaining many people and their activities inside, should have a extremely high ceiling so that the ventilation system could be employed well. ancient builders predicted this, and there it is, they built the building as high as a 3 story house. genius loci/local wisdom is employed in most sensible way!!
bagian samping masjid Sultan Abdurrahman Alkadrie tampak seperti arsitektur melayu yang mengadaptasikan sedikit gaya eropa
the sideview of Sultan Abdurrahman Alkadrie mosque looks as a traditional malaya architecture with a little european element adapted by it
berikut ini adalah gerbang kraton kadariah, yang telah lama direnovasi dan telah sedikit mengalami modernisasi dari material tradisional yaitu kayu menjadi material yg lebih kokoh yaitu dinding bata. pada kedua sisi pintu gerbang, terdapat meriam kuno yang mungkin dimanfaatkan untuk berperang, namun tampak lebih berfungsi sebagai elemen dekoratif...
this is the gate of kraton kadariah, that has been long renovated employing materials that are more modern such as brick walls rather than traditional ones such as wood. on both sides of the entrance, there are these cannons that would have probably been used for war purposes, but it looks like it serves more as an element of decoration...
fasad bagian atas kraton kadariah ini tampak kaya dengan ornamen ornamen kecil, yang sangat terpengaruh oleh kultur melayu dan kultur islam, saya telah melihat banyak sekali ornamen berbentuk bulan dan bintang, yang identik dengan simbol suci bagi muslim.
this upper facade of kraton kadariah looks rich with them little ornaments, which heavily influenced by malay culture, and also islamic culture, i seen many of star and moon shaped decorations, which is identical of moslem's holy symbol.
kraton kadariah dulunya merupakan pusat pemerintahan kota pontianak, sebelum Indonesia mencapai suatu entitas kebangsaan, kraton kadariah juga dimaknai sebagai sebuah kejayaan di masa lalu ketika sultan pertama, syarif abdurrahman alkadrie membuka kota pontianak pertama kalinya, dengan kesaktiannya mengusir kuntilanak yang tinggal di bantaran sungai kapuas dan mengubahnya menjadi suatu tempat yang layak ditinggali...
kraton kadariah was once a center of governance over the city of pontianak, long before Indonesia becomes a national entity. it also have deep meaning as a glory of the past when the FIRST sultan, syarif abdurrahman alkadrie, opened up a land on the banks of kapuas river, with his might and prowress that managed to banish the kuntilanak, or banshees along the banks of the river, then made it a habitable place to live...
saat ini, kraton kadariah tidak lagi berfungsi sebagai rumah bagi keluarga kesultanan, tetapi lebih berfungsi sebagai museum warisan budaya, jadi para keturunan sultan tidak lagi tinggal di tempat ini. seperti yang bisa anda saksikan, cukup umum bagi anak anak untuk bermain disekitar tempat ini dan mengapresiasi budaya...
today, kraton kadariah no longer serves as the home for royal family, but rather serves as a museum of cultural heritage, so the descendants of the royal bloodline no longer resides there, as you can see it's quite common for kids to play around the building and help appreciate the culture
masih di dalam ruang tahta, berikut ini merupakan dekorasi yang saya temui pada dinding ruangan tersebut, yang merupakan dokumentasi dan berbagai bagian dari riwayat pemerintahan dan kesultanan dari masa ke masa, terutama sepanjang perjalanan dan andil kesultanan dalam ambil bagian untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, berikut juga terlihat foto keluarga kesultanan yang berfoto bersama orang orang penting di negeri ini, tidak ketinggalan juga berbagai macam dekorasi berupa keramik, guci dan banyak lagi yang merupakan pemberian dari kerabat kesultanan...
still inside the throne room, the following decorations are pieces of documentations, along with the history and participation of the royal family in the contribution to struggle for Indonesia's independence, and also the royal family's photos with the important people of this country, along with various stuffs such as ceramics and other things given by others to the royal family...
berikut ini adalah tampak dari tahta menuju pintu yang mengarah keluar... seperti yang dapat anda lihat, bangunan ini juga mengadaptasi kultur lain untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, seperti adaptasi penggunaan kaca patri khas eropa, dan penggunaan simbol islam yaitu bulan dan bintang yang bersatu... digabungkan dengan kearifan lokal menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik...
this is a view from the throne to the door leading outside... so as you can see that this building adapts to other culture to become something better, as such, the application of stained glass that is identical to those in europe, and also the islamic ornaments that is the star and moon joined together... combined with local wisdom it all becomes something much better...
berikut ini adalah tampak ornamen islam yang lebih jelas, terdiri atas bulan dan bintang dalam satu kesatuan, sangat jelas bahwa di kalimantan barat, dan kultur melayu, sangat dipengaruhi oleh nila nilai dan moral moral islam...
these are the close-up look of the islamic ornaments that consisted of moon and star being in unity, clearly in west borneo, and malay culture, is influenced heavily by islamic values and morals...
kamar sederhana ini merupakan kamar sultan, kurang lebih kelihatan seperti kamar tradisional melayu... tidak ada yang istimewa kecuali barang barang berharga dan ranjang antik yang ada didalamnya...
this simple bedroom is sultan's bedroom, more or less, looks just more like a traditional malay-esque bedroom... nothing so special other than the valuables and the antique bed inside of it...
Al-Quran kuno ini, yang merupakan kitab suci bagi para muslim, ditulis tangan sendiri oleh sultan, yang lebih penting lagi tulisan yang ada pada kitab suci tersebut sangat mengesankan bahkan dengan berbagai keterbatasan pada waktu ia dituliskan. jadi objek kuno ini berjalan melewati waktu, diwariskan dari generasi sebelumnya kepada generasi selanjutnya, dan pada saat saya mengambil foto ini, kitab suci ini telah berumur lebih dari 240 tahun...
this ancient Qoran, a holy text for moslems, was handwritten by the sultan himself, more importantly the writings are quite impressive even with all the limitations at the time it was handwritten. so this ancient object went through time, passed by the previous generation to the next ones, and by the time i took this photo it is over 240 years old...
tampak lebih jelasnya untuk tahta sultan, meskipun tidak terbuat seluruhnya dengan logam atau emas, tapi tahta ini masih memancarkan aura keagungan kepada sekitarnya, bahkan saya sendiri merasa canggung berdiri didekatnya, apalagi untuk duduk diatasnya...
close up of sultan's throne, although not entirely made out of metal or gold, but it still radiates this majestic aura around it, even i fell kind of awkward standing around it... not to mention sitting on it...
will be resuming this article to the next part... 2/2 where i will be featuring city life and night ambience of the city
ruangan ini adalah ruang tahta kraton kadariah yang dulunya digunakan oleh sultan, tetapi saat ini ruangan tersebut lebih berfungsi sebagai warisan budaya setempat, penggunaan warna kuning dan keemasan yang dominan pada ruangin ini, dikarenakan warna warna tersebut dimaknai untuk melambangkan keluarga bangsawan (keluarga sultan) dengan elegan, kaya, hangat dan menerima serta agung...
this is the throne room of kraton kadariah which used by the sultan in the past, but now it serves as a cultural heritage for the city of pontianak, the dominant yellow and golden colors employed on this room is because they were to represent royal family with elegance, richness, warm and receptive and also majestic...
masih di dalam ruang tahta, berikut ini merupakan dekorasi yang saya temui pada dinding ruangan tersebut, yang merupakan dokumentasi dan berbagai bagian dari riwayat pemerintahan dan kesultanan dari masa ke masa, terutama sepanjang perjalanan dan andil kesultanan dalam ambil bagian untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, berikut juga terlihat foto keluarga kesultanan yang berfoto bersama orang orang penting di negeri ini, tidak ketinggalan juga berbagai macam dekorasi berupa keramik, guci dan banyak lagi yang merupakan pemberian dari kerabat kesultanan...
still inside the throne room, the following decorations are pieces of documentations, along with the history and participation of the royal family in the contribution to struggle for Indonesia's independence, and also the royal family's photos with the important people of this country, along with various stuffs such as ceramics and other things given by others to the royal family...
masih di dalam ruang tahta, berikut ini merupakan dekorasi yang saya temui pada dinding ruangan tersebut, yang merupakan dokumentasi dan berbagai bagian dari riwayat pemerintahan dan kesultanan dari masa ke masa, terutama sepanjang perjalanan dan andil kesultanan dalam ambil bagian untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, berikut juga terlihat foto keluarga kesultanan yang berfoto bersama orang orang penting di negeri ini, tidak ketinggalan juga berbagai macam dekorasi berupa keramik, guci dan banyak lagi yang merupakan pemberian dari kerabat kesultanan...
still inside the throne room, the following decorations are pieces of documentations, along with the history and participation of the royal family in the contribution to struggle for Indonesia's independence, and also the royal family's photos with the important people of this country, along with various stuffs such as ceramics and other things given by others to the royal family...
berikut ini adalah tampak dari tahta menuju pintu yang mengarah keluar... seperti yang dapat anda lihat, bangunan ini juga mengadaptasi kultur lain untuk menjadi sesuatu yang lebih baik, seperti adaptasi penggunaan kaca patri khas eropa, dan penggunaan simbol islam yaitu bulan dan bintang yang bersatu... digabungkan dengan kearifan lokal menghasilkan sesuatu yang jauh lebih baik...
this is a view from the throne to the door leading outside... so as you can see that this building adapts to other culture to become something better, as such, the application of stained glass that is identical to those in europe, and also the islamic ornaments that is the star and moon joined together... combined with local wisdom it all becomes something much better...
berikut ini adalah tampak ornamen islam yang lebih jelas, terdiri atas bulan dan bintang dalam satu kesatuan, sangat jelas bahwa di kalimantan barat, dan kultur melayu, sangat dipengaruhi oleh nila nilai dan moral moral islam...
these are the close-up look of the islamic ornaments that consisted of moon and star being in unity, clearly in west borneo, and malay culture, is influenced heavily by islamic values and morals...
kamar sederhana ini merupakan kamar sultan, kurang lebih kelihatan seperti kamar tradisional melayu... tidak ada yang istimewa kecuali barang barang berharga dan ranjang antik yang ada didalamnya...
this simple bedroom is sultan's bedroom, more or less, looks just more like a traditional malay-esque bedroom... nothing so special other than the valuables and the antique bed inside of it...
Al-Quran kuno ini, yang merupakan kitab suci bagi para muslim, ditulis tangan sendiri oleh sultan, yang lebih penting lagi tulisan yang ada pada kitab suci tersebut sangat mengesankan bahkan dengan berbagai keterbatasan pada waktu ia dituliskan. jadi objek kuno ini berjalan melewati waktu, diwariskan dari generasi sebelumnya kepada generasi selanjutnya, dan pada saat saya mengambil foto ini, kitab suci ini telah berumur lebih dari 240 tahun...
this ancient Qoran, a holy text for moslems, was handwritten by the sultan himself, more importantly the writings are quite impressive even with all the limitations at the time it was handwritten. so this ancient object went through time, passed by the previous generation to the next ones, and by the time i took this photo it is over 240 years old...
tampak lebih jelasnya untuk tahta sultan, meskipun tidak terbuat seluruhnya dengan logam atau emas, tapi tahta ini masih memancarkan aura keagungan kepada sekitarnya, bahkan saya sendiri merasa canggung berdiri didekatnya, apalagi untuk duduk diatasnya...
close up of sultan's throne, although not entirely made out of metal or gold, but it still radiates this majestic aura around it, even i fell kind of awkward standing around it... not to mention sitting on it...
will be resuming this article to the next part... 2/2 where i will be featuring city life and night ambience of the city
don't forget to visit my other gallery over at http://dejivrur.deviantart.com
Thanks for Viewing and... catch y'all on next post!!!
dejivruR...
over & out!!!
No comments:
Post a Comment